Survei pedagang UMKM online tahun 2022 oleh DeelStreetAsia bersama LinkAja mengklaim bahwa 97 persen pelaku UMKM telah menggunakan setidaknya satu layanan e-wallet. Hasil survei menunjukkan meski pembayaran tunai masih menjadi opsi pembayaran dominan yang ditawarkan UMKM, platform e-wallet telah menjadi alternatif utama.  Sebanyak 84 persen responden mengaku faktor kenyamanan jadi alasan mereka menggunakan e-wallet ketimbang tunai. Dari total responden, 23 persen  UMKM menyatakan telah melayani transaksi e-wallet dari pelanggannya setiap hari. Tingkat ini mendominasi penggunaan alat pembayaran alternatif tunai, dimana hanya 9 persen responden yang melayani transfer bank dan 5 persen untuk kartu debit.

Adopsi pembayaran elektronik oleh UMKM meningkat seiring penetrasi platform online-to-offline (O2O), seperti Mitra Bukalapak, Mitra Shopee, dan Mitra Tokopedia. Masing-masing toko online tersebut memiliki layanan e-wallet terintegrasi (OVO, Shopeepay dan GoPay) dengan platform O2O, menjadikan penggunaan e-wallet menjadi semakin mudah. Pelaku UMKM kini menyediakan barcode QR melalui ponsel maupun print kertas menggunakan mesin electronic data capture (EDC). Sebanyak 48 persen dari responden tersebut turut menyediakan poster QRIS di etalase  mereka.

Kenaikan adopsi e-wallet ini terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia. Tingkat adopsi di kota Tingkat 1 (94% pernah menggunakan e-wallet) relatif lebih tinggi daripada yang terlihat di Tingkat 2 (89%) dan Tingkat 3 (85%). Namun, yang menarik, penduduk Tingkat 4 menunjukkan tingkat adopsi yang sedikit lebih tinggi (97%) daripada Tingkat 1, dengan alasan di balik ini belum dijelaskan dalam penelitian 

Selain itu, riset ini juga menandai faktor penutupan sejumlah titik mesin anjungan tunai mandiri (ATM) sejak pandemi pada 2020 turut mendorong migrasi penggunaan pembayaran berbasis ponsel. Jumlah mesin ATM di Indonesia dilaporkan sebanyak 98.853 unit per akhir 2021, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 104.654 unit. Di sisi lain, pendaftaran mesin EDC menyentuh titik kenaikan tertinggi pada 2021 mencapai 29,3 persen year-on-year/yoy dengan jumlah lebih dari 1,7 juta unit.

Survei ini dilakukan terhadap 1.000 responden berusia 18 tahun ke atas yang memiliki usaha UMKM di seluruh Indonesia selama dua minggu pada bulan Maret 2022. Metode survei yang digunakan meliputi wawancara mendalam dan studi pustaka.