Penggunaan Artificial Intelligence (AI) mulai digunakan secara meluas dan meningkat. International Data Corporation (IDC) memperkirakan bahwa pasar kecerdasan buatan (AI) di seluruh dunia, termasuk perangkat lunak, perangkat keras, dan layanan, akan mencatat tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 18,6% pada 2022-2026 periode untuk mencapai angka $900 miliar pada tahun 2026.[1]
Menurut majalah Governing, pada tahun 2020 di Amerika Serikat sebanyak 53% pejabat negara bagian dan lokal yang disurvei memiliki beban dokumen yang berlebihan yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan. Menurut Deloitte, otomatisasi tugas pegawai pemerintah federal dapat menghemat antara 96,7 juta hingga 1,2 miliar jam per tahun. Studi Deloitte yang sama juga melaporkan bahwa otomatisasi dan AI memiliki potensi untuk menghemat antara $3,3 miliar dan $41,1 miliar.
Pemanfaatan AI menjadi menjadi relevan pada masa sekarang di berbagai sektor, termasuk sektor publik yang memiliki cakupan yang besar. Pekerjaan yang bersifat repetitif dan manual bisa dikerjakan oleh AI, sedangkan manusia jadi punya waktu lebih dalam melakukan hal yang memiliki nilai yang lebih besar.
Implementasi AI di Sektor Publik
AI dapat dimanfaatkan secara optimal di berbagai sektor publik. Seperti dalam sektor administrasi yang mana AI dapat mengotomatiskan tugas-tugas admin yang semakin dikuatkan dengan proofreading dan editing yang memungkinkan untuk memastikan bahwa dokumen administratif ditulis dengan baik dan bebas dari kesalahan.
Pada sektor pendidikan, penggunaan AI memungkinkan murid dapat pengalaman belajar yang lebih personal. Dari data siswa, AI dapat menganalisis kecepatan dan kebutuhan belajar siswa. Dengan hasilnya, sekolah dapat mempersonalisasi garis besar kursus yang meningkatkan pembelajaran berdasarkan kemampuan dan kelemahan siswa.