Indonesia memiliki salah satu pasar AR dan VR yang paling potensial di kawasan Asia Pasifik. Menurut Indonesia VR/AR Association (INVRA), potensi pasar AR/VR di Indonesia dapat mencapai US$500 juta sampai US$2 miliar pada 2025 [1]. Tidak hanya itu, riset Ericsson menunjukkan bahwa 19% responden yang menggunakan ponsel 5G di Indonesia pada tahun 2021 tertarik mencoba layanan VR dan AR [2]. Responden riset tersebut rata-rata ingin menghabiskan waktu tiga jam lebih banyak per pekan untuk menggunakan aplikasi AR.
Kajian Diperkirakan pula bahwa pada tahun 2025 konsumen Indonesia rata-rata menghabiskan 7,5 – 8 jam per pekan untuk bermain gim berbasis komputasi awan (cloud) dan menggunakan aplikasi AR dan VR. Potensi besar demand AR dan VR di Indonesia sebenarnya sudah dapat dilihat dari penggunaan teknologi tersebut di beberapa bidang, walaupun penggunaannya masih bersifat sektoral dan belum masif.
Penggunaan teknologi ini memang masih didominasi untuk gaming, namun pemanfaatan AR dan VR telah dimanfaatkan juga di berbagai bidang lainnya. Berikut adalah beberapa penggunaan AR dan VR non-gaming yang telah dilakukan di Indonesia[3]:
Bioskop Virtual
Perusahaan penyedia alat VR, Bioskop VR Indonesia berhasil membuat pengalaman menonton film yang berbeda. Perusahaan ini memanfaatkan VR dengan alat yang dapat menggerakan tubuh untuk membuat bioskop virtual sehingga pengguna dapat merasakan sensasi berada di dalam film berkat kedua teknologi ini. Produk dari Bioskop VR Indonesia ini telah dipasang di berbagai taman wisata yang ada di Indonesia, seperti Taman Ghanjaran yang berada di Mojokerto dan Cicalengka Dreamland di kabupaten Bandung.