Semasa pandemi, laju akselerasi transformasi digital begitu signifikan. Salah satu dampak akselerasi transformasi digital ini adalah pengetahuan masyarakat mengenai uang digital atau cryptocurrency. Pandemi mendorong masyarakat berbelanja dari rumah saja sehingga persebaran informasi mengenai uang digital atau cryptocurrency menjadi relevan bagi masyarakat. Jika menelusuri informasi mengenai cryptocurrency maka akan ditemukan satu istilah yang kerap muncul dalam pembahasan tersebut, yaitu blockchain.
Sebenarnya apa itu blockchain dan apa kaitannya dengan uang digital atau cryptocurrency ?
Penjelasan mengenai blockchain kita awali dengan contoh terdekat kita, yaitu kehidupan di sekitar rumah kita. Pada saat pandemi, bantuan sembako maupun tunai tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Katakanlah dalam contoh ini masyarakat yang ingin mendapatkan bantuan dapat mendaftarkan diri lewat Ketua RT masing-masing. Tentu, urutan birokrasi dari pemberi bantuan sampai pada Ketua RT melewati proses yang panjang berlapis-lapis.
Saat kita mendapatkan bantuan tersebut, bagaimana kita tahu jumlah nya sesuai dengan yang sebenarnya? Bagaimana jika jumlah bantuannya sudah terpotong? Bagaimana jika ada tetangga kita yang tidak mendapatkan bantuan padahal membutuhkan?
Artinya, masyarakat memiliki peluang tidak mendapatkan bantuan yang semestinya mereka dapatkan. Mengapa semua ini bisa terjadi? Pertama adalah karena banyak nya atau berlapisnya perantara (intermediaries) yang membuat semakin banyak pihak terlibat.
Semakin banyak pihak yang terlibat maka semakin besar juga ruang ‘permainan’ di dalamnya. Kedua, adalah karena kurangnya transparansi (lack of transparency) yang mana kita tidak tahu bagaimana proses di dalamnya. Terakhir, semua data yang ada di dalamnya mudah sekali untuk dimanipulasi (easy to manipulate) sesuai dengan kepentingan pihak-pihak tertentu.
Kemudian apa yang bisa dilakukan masyarakat? Jika masyarakat tidak memiliki pengaruh signifikan dalam pelaksanaan kebijakan, maka jawabannya tidak ada yang bisa dilakukan masyarakat. Sebagai masyarakat, pasti akan berfikir apakah ada cara agar masyarakat tidak perlu melewati birokrasi yang berlapis, tapi langsung peer to peer dengan kata lain dari pemberi bantuan langsung memberikan kepada masyarakat yang membutuhkan?
Apakah bisa semua data tersebut transparan sehingga semua orang saling mengetahui agar tidak ada yang ‘main’ di belakang? Apakah ada cara agar data tersebut tidak bisa sama sekali dirubah sehingga tidak ada yang bisa mengotak-atik data tersebut? Jika ada maka ini menjadi solusi yang luar biasa bagi masyarakat. Kabar gembiranya, teknologi untuk melakukan semua yang dipaparkan di atas sudah ada dan itulah yang dinamakan dengan blockchain.
Pengertian Blockchain
Blockchain merupakan teknologi yang digunakan sebagai sistem penyimpanan data secara digital yang tidak terpusat dan transparan. Arti dalam segi bahasa, ‘block’ memiliki arti kelompok dan ‘chain’ berarti rantai.[1] Penamaan dari blockchain sangat berkaitan dengan penjelasan pengertian dari blockchain.
Contoh, Pak Budi ingin mendapatkan bantuan sembako maka tidak perlu lagi melewati Pak RT, cukup dengan Pak Budi membuat surat yang dikirim ke blockchain yang mana isinya hanya sekumpulan orang lain yang melihat surat dari Pak Budi dan mereka menjadi saksi bahwa Pak Budi telah mengirim surat ke blockchain. Namun, orang-orang di dalam blockchain tidak mengetahui nama Pak Budi karena nama Pak Budi sudah dienkripsi atau diacak.
Jadi walaupun transparan, tetapi privasi Pak Budi tetap terjaga. Kemudian surat tersebut dapat langsung diterima oleh pihak yang dituju tanpa perantara manapun dan data yang sudah masuk ke blockchain tidak akan bisa dirubah. Maka Pak Budi bisa mendapatkan secara langsung bantuan sembako yang dijanjikan tanpa harus melewati banyak lapisan birokrasi.