Ekonomi | Investasi dan Keuangan

Tren Investasi Digital Dukung Pemulihan Ekonomi

Fitria Salsabila / Sri Handayani Nasution 10 Okt 2022. 7 min.

Ketika berangsur pulih pasca pandemi COVID-19, perekonomian dunia dan Indonesia dihadapkan dengan berbagai fenomena, seperti normalisasi kebijakan negara maju yang membuat peningkatan aliran keluar modal asing, kenaikan suku bunga bank sentral, dan kenaikan suku bunga perbankan. 

Beberapa fenomena ini membuat kondisi dunia usaha menjadi lesu. Hal ini dapat dilihat dari bunga pinjaman modal usaha yang semakin tinggi dan mengakibatkan investor dari pihak swasta dan publik menahan investasinya. Padahal, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan domestik bruto berkaitan erat dengan investasi. 

Pertumbuhan Investor Retail Disokong oleh Milenial

Pada dua tahun terakhir, terjadi pertumbuhan jumlah investor retail dalam pasar saham Indonesia. Menurut siaran pers PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tahun 2021, jumlah total investor di pasar modal Indonesia per 29 Desember 2021 telah meningkat 92,7% menjadi 7,48 juta investor, sebelumnya hanya 3,88 juta investor per akhir Desember 2020.[1]

Secara khusus, pertumbuhan investor retail pada tahun 2021 ditopang oleh kalangan milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (kelahiran 1997–2012) sebesar 88% dari total investor retail baru (per November 2021).[2]

Salah satu faktor pendorong pertumbuhan investor retail milenial adalah peningkatan jumlah penduduk kelas menengah, khususnya generasi Y, yang memiliki pendapatan berlebih. Berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center (KIC) yang dilakukan pada 6-12 September 2021 terhadap 5.204 responden di Indonesia, sebesar 31% responden generasi Y atau 23 - 38 tahun (2.862 responden) mengatakan investasi sebagai kebutuhan rutin bulanan. Sedangkan 5,6% responden menempatkan investasi sebagai salah satu dari tiga kebutuhan dengan alokasi terbesar, dan 66,7% responden menilai bahwa penting untuk memiliki investasi.[3] 

Pertumbuhan investor retail milenial diikuti dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap berbagai produk keuangan, salah satunya instrumen investasi.  Seperti yang dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan hasil Survei Literasi Keuangan Nasional Tahun (SNLIK) tahun 2022, laporan ini mengungkapkan bahwa indeks literasi keuangan (yang menunjukkan tingkat pemahaman dan keterampilan masyarakat terhadap produk dan pengelolaan keuangan) mengalami peningkatan dari 38,03% (tahun 2019) menjadi 49,68% (tahun 2022).

Aplikasi Investasi Online Menghadirkan Layanan Investasi yang Inklusif

Di samping itu, pertumbuhan jumlah investor retail ditandai dengan semakin banyaknya aplikasi investasi online atau dikenal dengan wealth-management startup. Aplikasi investasi online dianggap menjawab kebutuhan masyarakat untuk menghadirkan layanan investasi yang inklusif dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat dari segala usia dan latar belakang.

Langkah pertama, calon investor dapat terlebih dahulu mengunduh aplikasi investasi online melalui Google Play Store atau App Store. Langkah selanjutnya, calon investor harus membuat dan melakukan verifikasi akun, serta memasukkan informasi lain, seperti nama dan nomor rekening bank. Setelah melakukan pengisian data, calon investor dapat melakukan kegiatan transaksi investasi sesuai dengan pilihannya.

Aplikasi investasi online memungkinkan kegiatan investasi dapat dilakukan dan dipantau melalui ponsel pintar. Aplikasi investasi online juga memiliki panduan berinvestasi yang bisa membantu investor pemula.  Hadirnya aplikasi investasi online memungkinkan kegiatan berinvestasi dapat dilakukan oleh berbagai kalangan, tidak hanya investor yang memiliki modal besar. Di Indonesia, sebagian besar aplikasi investasi online menawarkan instrumen dengan modal rendah mulai Rp10.000 saja.[4]

Pertumbuhan jumlah investor retail ditandai dengan semakin banyaknya aplikasi investasi online atau dikenal dengan wealth-management startup. Aplikasi investasi online dianggap menjawab kebutuhan masyarakat untuk menghadirkan layanan investasi yang inklusif dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat dari segala usia dan latar belakang.

Lanskap Startup Investasi Indonesia

Mengutip TechinAsia, setidaknya telah terdapat 50 startup bidang investasi online di Indonesia. Startup dengan jumlah terbanyak menawarkan aset kripto, diikuti dengan reksa dana, dan emas. Beberapa startup, seperti Pluang, menawarkan berbagai instrumen investasi, seperti saham Amerika Serikat, reksa dana, emas, dan aset kripto. Umumnya, masing-masing startup berfokus untuk memfasilitasi investasi pada instrumen tertentu, antara lain:[5] 

  1. Saham, baik pasar modal dalam negeri maupun Amerika Serikat. Di antaranya adalah Ajaib, Stockbit, Pluang, dan Saham Rakyat.
  2. Aset kripto, di antaranya Pluang, Tokocrypto, IndoDax, dan Pintu
  3. Reksa dana, baik itu reksa dana uang, pendapatan tetap, hingga reksadana saham. Aplikasi reksa  dana mencakup Bibit, Bareksa, Tanam Duit, Fundtastic, Pluang, dan lain-lain. 
  4. Emas, di antaranya Tamasia, Indogolf, Halo Fina, Pluang, Tanam Duit, dan lain-lain.
  5. Obligasi, di antaranya Bibit, Investree, Bareksa, dan Koinworks.
  6. Urun Dana, y memfasilitasi investasi ekuitas kepada UMKM melalui platform teknologi. Sebagai contoh yaitu  BiZhare, LandX, LandX, Crowddana, dan lain-lain.

Digitalisasi Investasi Membuka Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Peran aplikasi investasi online dianggap semakin penting untuk investasi di pasar modal. Hal ini dibuktikan dengan data KSEI bahwa lebih dari 73% investor memiliki rekening investasi di aplikasi investasi. Jumlah volume transaksi oleh aplikasi investasi online telah mendominasi transaksi reksa dana dengan peningkatan sebesar 125% dari 8,08 juta pada tahun 2020 menjadi 18,23 juta per 28 Desember 2021.[6]

Tidak hanya bagi pasar modal, pertumbuhan investor retail juga berkorelasi dengan perekonomian secara umum. Semakin banyak investor retail, khususnya domestik di pasar keuangan, akan meningkatkan kedalaman pasar keuangan. Oleh karena itu, meningkatnya investor retail juga dapat meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia secara internal maupun eksternal (arus modal asing keluar) (CELIOS, 2022).[7]

Di samping itu, segmen investor yang didominasi oleh milenial dapat mendukung sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru dan menstimulasi aktivitas ekonomi secara agregat. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara membiayai pembangunan infrastruktur, mendukung stabilitas pasar keuangan domestik dari guncangan eksternal (arus keluar modal investor asing), dan mendorong kemandirian pembiayaan dalam negeri.

Aplikasi Investasi Online akan Semakin Relevan Bagi Investor Retail

Aplikasi investasi Online akan semakin relevan bagi para investor retail dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini dikarenakan mulai bermunculan aplikasi investasi online multi aset, serta aplikasi yang menawarkan  fitur perencana dan pencatatan keuangan agar pengguna dapat lebih mudah untuk melakukan evaluasi penggunaan uang setiap bulannya.[8] Selain itu, ruang pertumbuhan bagi aplikasi investasi online masih sangat luas. Terbukti dari jumlah investor pasar modal di Indonesia yang masih berjumlah 7 juta orang dengan populasi kelas menengah sebesar 52 juta orang.

Disamping itu, jumlah investor pasar modal baru 7 juta orang, masih amat kecil jika dibandingkan dengan populasi kelas menengah Indonesia sebesar 52 juta orang. Dalam arti kata, masih terdapat ruang pertumbuhan bagi aplikasi investasi. 

Referensi

[1]  Sugandi, A. T. (2022, March 21). Indef sebut ada 3 faktor yang membuat startup wealthtech potensial. Bisnis.com. https://teknologi.bisnis.com/read/20220321/266/1513464/indef-sebut-ada-3-faktor-yang-membuat-startup-wealthtech-potensial

[2]  Pasar Modal Indonesia. (2021, December 31). Tutup tahun 2021 dengan optimisme Pasar Modal Indonesia lebih baik . https://www.ksei.co.id/files/uploads/press_releases/press_file/id-id/203_berita_pers_tutup_tahun_2021_dengan_optimisme_pasar_modal_indonesia_lebih_baik_20211230130225.pdf

[3]  Sugandi, A. T. (2022, March 21). Indef sebut ada 3 faktor yang membuat startup wealthtech potensial. Bisnis.com. https://teknologi.bisnis.com/read/20220321/266/1513464/indef-sebut-ada-3-faktor-yang-membuat-startup-wealthtech-potensial

[4]  Fitria, L. (2022, February 26). Mudah dilakukan ini kelebihan dan kekurangan investasi dengan aplikasi. Kompas.com. https://www.kompas.com/parapuan/read/533161288/mudah-dilakukan-ini-kelebihan-dan-kekurangan-investasi-dengan-aplikasi

[5]  Syarizka, D. (2022, June 1). Dari Stockbit hingga Luno, lanskap startup investasi (wealth tech) Indonesia. Tech in Asia. https://id.techinasia.com/lanskap-startup-investasi

[6]  Sugandi, A. T. (2022, March 21). Indef sebut ada 3 faktor yang membuat startup wealthtech potensial. Bisnis.com. https://teknologi.bisnis.com/read/20220321/266/1513464/indef-sebut-ada-3-faktor-yang-membuat-startup-wealthtech-potensial

[7]  Center of Economic and Law Studies (CELIOS)., & Pluang. (2022). Dampak aplikasi multi-aset terhadap pertumbuhan investor ritel. Pluang.com. https://pluang.com/id/blog/news-analysis/hasil-studi-pluang-celios

[8]  Evandio, A. (2021, August 1). Milenial makin melek investasi, bisnis wealthtech kian bersemi. Bisnis Indonesia. https://bisnisindonesia.id/article/milenial-makin-melek-investasi-bisnis-wealthtech-kian-bersemi

InvestasiInvestasi DigitalStartupEkonomi Inklusif

Bagikan artikel ini:

← Kembali ke semua artikel

Artikel Terbaru