Ketika berangsur pulih pasca pandemi COVID-19, perekonomian dunia dan Indonesia dihadapkan dengan berbagai fenomena, seperti normalisasi kebijakan negara maju yang membuat peningkatan aliran keluar modal asing, kenaikan suku bunga bank sentral, dan kenaikan suku bunga perbankan.
Beberapa fenomena ini membuat kondisi dunia usaha menjadi lesu. Hal ini dapat dilihat dari bunga pinjaman modal usaha yang semakin tinggi dan mengakibatkan investor dari pihak swasta dan publik menahan investasinya. Padahal, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan domestik bruto berkaitan erat dengan investasi.
Pertumbuhan Investor Retail Disokong oleh Milenial
Pada dua tahun terakhir, terjadi pertumbuhan jumlah investor retail dalam pasar saham Indonesia. Menurut siaran pers PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) tahun 2021, jumlah total investor di pasar modal Indonesia per 29 Desember 2021 telah meningkat 92,7% menjadi 7,48 juta investor, sebelumnya hanya 3,88 juta investor per akhir Desember 2020.[1]
Secara khusus, pertumbuhan investor retail pada tahun 2021 ditopang oleh kalangan milenial (kelahiran 1981-1996) dan generasi Z (kelahiran 1997–2012) sebesar 88% dari total investor retail baru (per November 2021).[2]
Salah satu faktor pendorong pertumbuhan investor retail milenial adalah peningkatan jumlah penduduk kelas menengah, khususnya generasi Y, yang memiliki pendapatan berlebih. Berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center (KIC) yang dilakukan pada 6-12 September 2021 terhadap 5.204 responden di Indonesia, sebesar 31% responden generasi Y atau 23 - 38 tahun (2.862 responden) mengatakan investasi sebagai kebutuhan rutin bulanan. Sedangkan 5,6% responden menempatkan investasi sebagai salah satu dari tiga kebutuhan dengan alokasi terbesar, dan 66,7% responden menilai bahwa penting untuk memiliki investasi.[3]
Pertumbuhan investor retail milenial diikuti dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap berbagai produk keuangan, salah satunya instrumen investasi. Seperti yang dilaporkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan hasil Survei Literasi Keuangan Nasional Tahun (SNLIK) tahun 2022, laporan ini mengungkapkan bahwa indeks literasi keuangan (yang menunjukkan tingkat pemahaman dan keterampilan masyarakat terhadap produk dan pengelolaan keuangan) mengalami peningkatan dari 38,03% (tahun 2019) menjadi 49,68% (tahun 2022).