Teknologi | Internet of Things

Bagaimana IoT Membantu Mengatasi Masalah Kemacetan Lalu Lintas?

Fathin Difa / Amelinda Pandu 13 Okt 2022. 4 min.

Jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2022 menurut Badan Pusat Statistik mencapai 149.707.859 unit, naik sekitar 10% dari tahun sebelumnya. Dalam periode 2015-2022  peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup signifikan dengan peningkatan  jumlah kendaraan bermotor setiap tahun 6,13%.[1]

Banyaknya kendaraan bermotor menjadi salah satu penyebab maraknya kemacetan di Indonesia. Data dari Polda Metro Jaya menyebutkan bahwa rata-rata sekitar 13 juta penduduk beraktivitas keluar masuk Jakarta tiap harinya. Sedangkan, pertumbuhan panjang jalan di Jakarta ini kurang lebih hanya 0,01% per tahun disaat pertumbuhan jumlah kendaraan kurang lebih 3% per tahun.[2]

Jumlah tersebut didukung dengan data dari BPS yang menyebutkan bahwa 56,7% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan pada 2020 dan akan terus meningkat menjadi 66,6% di tahun 2035. Sejalan dengan itu, Bank Dunia juga memperkirakan sebanyak 220 juta penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan pada 2045.

Jumlah itu setara dengan 70% dari total populasi di tanah air.[3] Dengan terus berkembangnya populasi, khususnya penduduk yang tinggal di perkotaan, maka angka kemacetan juga berpotensi meningkat. Perkembangan teknologi yang masif ini sudah seharusnya bisa dilibatkan dalam penyelesaian permasalahan ini. Beberapa negara telah menerapkan Internet of Things (IoT) dalam mengurai kemacetan. 

Lampu Lalu Lintas Adaptif

Kerap kali kemacetan terjadi di sebuah persimpangan sehingga diperlukan lampu lalu lintas untuk mengatur kelancaran lalu lintas. Namun, dengan semakin berkembangnya jumlah kendaraan bermotor, lampu lalu lintas konvensional tidak begitu efektif dalam mengurai kemacetan. Pemanfaatan teknologi dengan membuat lampu lalu lintas yang adaptif sudah terbukti berhasil mengatur lalu lintas lebih efektif di sejumlah negara. 

Lampu lalu lintas adaptif dengan Sitraffic MOTION milik Jerman, berhasil memangkas waktu perjalanan bus hingga 27 persen dan rata-rata kecepatan kendaraan pribadi dapat naik hingga 6 persen. Sitraffic MOTION memungkinkan lampu lalu lintas yang adaptif dengan memperbarui sistem lampu lalu lintas setiap 10 sampai 20 menit. Contoh penerapannya seperti di distrik Valby di Kopenhagen yang mana sistem transportasi perkotaan umum, yang mencakup empat jalur bus, harus dibuat 20 persen lebih cepat tanpa memperlambat arus kendaraan pribadi.[4]

Di sisi lain, Inggris, menggunakan sistem yang lain bernama SCOOT untuk mengatur lampu lalu lintasnya secara adaptif.  Sistem ini berhasil mengurangi penundaan sebesar 13 persen dengan sistem yang mengotomasi pengaturan waktu lampu lalu lintas atau memberikan prioritas bus saat dibutuhkan untuk mengatasi kemacetan. Pemerintah Inggris juga mulai mengimplementasikan sistem ini untuk diprioritaskan kepada pejalan kaki.

Selain fungsi lampu lalu lintas adaptif pejalan kaki ini bertujuan untuk memangkas waktu pejalan kaki, sistem ini juga untuk meningkatkan keamanan pejalan kaki karena lama nya lampu lalu lintas untuk pejalan kaki kerap kali menyebabkan pejalan kaki melanggar aturan.  Uji coba dilakukan di beberapa titik di London dan selama sembilan bulan hasilnya pejalan kaki menghemat rata-rata 1,3 jam sehari dan peningkatan 13% pejalan kaki yang mematuhi lampu lalu lintas.[5]

Berbagai negara telah menerapkan teknologi IoT untuk menyelesaikan persoalan di ruang publik. Mulai dari lampu lalu lintas adaptif di Jerman dan Inggris yang mampu mengatasi kemacetan hingga aplikasi parkir kendaraan di Washington DC Amerika Serikat yang mampu mempercepat pengemudi menemukan tempat parkir. Di Indonesia, Gerakan Menuju Smart City oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) terus didorong dan per Oktober 2022 sudah ada 161 kabupaten/kota yang mengadopsi IoT dalam layanan publik.

Parkir Kendaraan berbasis IoT

Kemacetan lalu-lintas juga bisa akibat banyaknya kendaraan yang berputar-putar mencari tempat parkir. Di Inggris, pengendara mobil dapat rata-rata menghabiskan lebih dari 2500 jam (atau 106 hari) dalam hidupnya untuk berkeliling mendapatkan tempat parkir.[6] Kemacetan lalu lintas seperti ini sebenarnya bisa diurai dengan solusi IoT (Internet of Things). Sensor-sensor dan kamera yang terkoneksi ke Internet dan dipasang di jalan-jalan dan infrastruktur di kota bisa mendeteksi lokasi parkir yang kosong dan menyebarkan informasi itu ke para pengendara.

Seperti yang dilakukan di Washington DC, Amerika Serikat, lewat aplikasi seluler parkDC dari Departemen Transportasi Distrik (DDOT) yang dirilis sejak tahun 2016. Aplikasi ini memungkinkan untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam menemukan tempat parkir, meningkatkan pergantian ruang, memberikan informasi parkir yang lebih baik, dan mengurangi kemacetan. Pengguna dari aplikasi ini akan diberikan informasi dan mendapatkan navigasi ke tempat parkir di seluruh Distrik Columbia berdasarkan filter harga atau periode waktu .[7]

Rencana Smart City di Indonesia

Penerapan Internet of Things (IoT) dalam mengurai kemacetan lalu lintas sejalan dengan rencana besar dalam membentuk Smart City (kota pintar) di Indonesia. Dalam Smart City, manajemen lalu lintas akan menjadi salah satu faktor penting yang akan menjadi masa depan dalam pengelolaan kota. Suara, cahaya, lalu lintas, cuaca dan lain-lain bisa dilacak dan dipantau, lalu datanya dianalisis dan dimanfaatkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan penduduk kota.

Pada Oktober tahun 2022, Gerakan Menuju Smart City oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) telah mencapai 161 kabupaten/kota. Hasil nya adalah terciptanya berbagai aplikasi yang menyentuh aspek-aspek kehidupan warganya. Sebagai contoh Paduko, yaitu sistem layanan kependudukan online dari Kota Padang Panjang. Selain itu ada Simapi, yaitu sistem data untuk sapi dari Kabupaten Boyolali.[8] Namun masih ada ratusan kabupaten/kota lainnya yang membutuhkan upaya pendampingan agar bisa bergerak maju menjadi kota cerdas. 

Arah pemerintah dengan Gerakan Menuju Smart City yang sudah dimulai dari beberapa kabupaten/kota sudah mengarah ke tujuan yang tepat, walaupun fungsinya masih diterapkan secara sektoral. Ke depannya, diharapkan aplikasi yang diciptakan bisa terintegrasi antar sektor, khususnya sektor lalu lintas, seperti informasi cuaca, tingkat kemacetan, parkir, sampai pada pembuatan lalu lintas adaptif di beberapa titik, dan lainnya seperti hal nya yang telah dilakukan di berbagai negara.

Referensi

[1] Aptika.Kominfo. (2022, Oktober 11). Lanjutkan Program Smart City Kominfo Gagas Gerakan Menuju Smart Province. aptika.kominfo.go.id. https://aptika.kominfo.go.id/2022/10/lanjutkan-program-smart-city-kominfo-gagas-gerakan-menuju-smart-province/ 

[2] Badan Pusat Statistik. (2020). Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis (Unit), 2018-2020. bps.go.id. https://www.bps.go.id/indicator/17/57/1/jumlah-kendaraan-bermotor.html 

[3] CNBC Indonesia. (2022, Agustus 12). Ngerasa Gak Sih Kalau Jakarta Makin Macet? Ini Penyebabnya. cnbc.com. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220812004137-4-363140/ngerasa-gak-sih-kalau-jakarta-makin-macet-ini-penyebabnya 

[4] Databoks.Katadata. (2021, Agustus 18). Sebanyak 56,7% Penduduk Indonesia Tinggal di Perkotaan pada 2020. databoks.katadata.co.id. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/18/sebanyak-567-penduduk-indonesia-tinggal-di-perkotaan-pada-2020 

[5] Wired. (2018, November 12). London is hacking its traffic lights to slash waiting times. wired.uk.co.uk. https://www.wired.co.uk/article/traffic-lights-uk-london 

[6] PCPlus. (2014, September 18). Solusi IoT Untuk Atasi Kemacetan Jalanan. pcplus.co.id. https://www.pcplus.co.id/2014/09/solusi-iot-untuk-atasi-kemacetan-jalanan/ 

[7] District Department of Transportation. (2019, Januari 7). Updated parkDC Mobile App Makes it Easier to Find Parking Throughout the District. ddot.dc.gov. https://ddot.dc.gov/release/updated-parkdc-mobile-app-makes-it-easier-find-parking-throughout-district 

[8] Its International. (2012, Februari 13). Germany's approach to adaptive traffic control. itsinternational.com. https://www.itsinternational.com/its8/feature/germanys-approach-adaptive-traffic-control 

IoTKemacetan Lalu Lintas

Bagikan artikel ini:

← Kembali ke semua artikel

Artikel Terbaru