Teknologi | Cloud computing

Cloud Computing dan Masa Depan Pendidikan Indonesia

Rita Risdiana / Amelinda Pandu 29 Mei 2022. 5 min.

Masifnya penggunaan teknologi sebagai infrastruktur dasar dalam pembelajaran di masa pandemi berpotensi menjadikan blended learning atau pembelajaran campuran untuk terus berkembang dan menjadi trend di masa mendatang.

Dengan perpaduan teknologi dan pengajaran tatap muka, blended learning menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran tanpa menghilangkan esensi dari proses belajar itu sendiri. Konsorsium Sloan bahkan memaknai pembelajaran campuran sebagai kursus yang mengintegrasikan secara online kegiatan kelas tatap muka tradisional dengan cara yang terencana dan bernilai secara pedagogis.[1]

Inovasi Berbasis Cloud Computing

Implementasi blended learning didukung oleh cloud computing dengan teknologi penyimpanan data, server, database, jaringan, dan perangkat lunak, yang memungkinkan siswa dan pengajar untuk saling terhubung dari manapun asalkan terkoneksi jaringan internet.

Teknologi cloud computing mendorong siswa untuk berpikir kritis dan membentuk ekosistem kelas yang inovatif dan kolaboratif karena memungkinkan siswa mengunggah tugas dalam bentuk rekaman video atau hasil karya seni, menghubungkan siswa ke beberapa program dan aplikasi, serta berbagi dokumen yang dapat diakses dari manapun.[2] Cloud computing juga membantu instansi pendidikan untuk memberikan jaminan perlindungan data bagi siswa karena dilengkapi infrastruktur sistem keamanan yang andal di mana data dan informasi tidak akan hilang meskipun terjadi kegagalan perangkat.

Tak cukup sampai di situ, teknologi ini juga dinilai lebih cost friendly karena dapat menghemat biaya operasional pendidikan. Divisi sekolah Wild Rose yang terdiri dari 19 sekolah dan 4.800 siswa di Kanada membuktikan bahwa pasca mengalihkan penyimpanan data ke cloud Microsoft Azure, penghematan yang dilaporkan mencapai $12.000 per tahun.[3]

Optimalisasi keandalan teknologi cloud computing yang idealnya dapat menjadi katalisator kualitas pendidikan Indonesia masih dibayang-bayangi permasalahan kesenjangan akses teknologi dan kompetensi sumber daya manusia yang belum memadai.

Infrastruktur Dasar Pendidikan di Masa Mendatang

China menjadi negara pemimpin global dalam pemanfaatan cloud computing untuk pendidikan online selama periode krisis COVID-19. Kementerian Pendidikan China (MOE) mengalihkan pembelajaran tatap muka ke pembelajaran online berdasarkan 22 platform untuk pendidikan tinggi dengan cloud computing sebagai infrastruktur tulang punggung.[4]

Di sisi lain, Indonesia sebagai negara berkembang masih menghadapi banyak persoalan mendasar dalam upaya implementasi cloud computing di sektor pendidikan. Kendati saat ini cloud computing telah menjadi bagian dari proses pembelajaran seperti penggunaan Microsoft Azure, Google Cloud, hingga Amazon Web Services, namun nyatanya masih banyak tenaga pendidik yang belum dapat mengoptimalkan manfaat teknologi tersebut.

Laporan World Bank dalam Estimates of COVID-19 Impacts on Learning and Earning in Indonesia: How to Turn the Tide (2020) menunjukkan bahwa 67% guru kesulitan dalam mengoperasikan perangkat dan menggunakan platform pembelajaran online.[5] Tantangan digital native di mana para pengajar belum akrab dengan teknologi dan lingkungan pembelajaran online menjadi hambatan serius karena dapat memunculkan sikap resisten jika tak segera diantisipasi dengan upaya upskilling dan reskilling bagi tenaga pendidik.[6]

Selain terkendala kompetensi sumber daya manusia, optimalisasi cloud computing dalam sistem pendidikan Indonesia juga dibayang-bayangi permasalahan kesenjangan akses teknologi. Kementerian Kominfo mengungkapkan pada Februari 2022 bahwa masih terdapat 12.548 dari 83.218 desa/kelurahan yang belum terakses jaringan internet 4G.[7]

Dengan berbagai permasalahan yang belum terselesaikan, keandalan teknologi cloud computing yang idealnya dapat menjadi katalisator kualitas pendidikan Indonesia tentu membutuhkan kerja yang lebih keras dalam mewujudkannya. Selain harus mengejar pemerataan akses internet, pemerintah juga harus mengambil langkah intervensif melalui upskilling dan reskilling untuk meningkatkan kecakapan digital tenaga pendidik.

Referensi

[1] TeachThought Staff. (2021). The Definition of Blended Learning. teachthought.com. https://www.teachthought.com/learning/the-definition-of-blended-learning/ 

[2] Vandis. (2019, June 18). The Importance of Cloud Computing in Education. vandis.com. https://www.vandis.com/insights/the-importance-of-cloud-computing-in-education/

[3] Gottsegen, G. (2022, Oktober 17). Cloud Computing & Education. builtin.com. https://builtin.com/cloud-computing/cloud-computing-and-education 

[4] Han, H., & Trimi, S. (2022, April 19). Cloud Computing-based Higher Education Platforms during the COVID-19 Pandemic. In 2022 13th International Conference on E-Education, E-Business, E-Management, and E-Learning 2022 (pp. 83–89). New York: Association for Computing Machinery. https://doi.org/10.1145/3514262.3514307 

[5] Yarrow, N., Masood, E., & Afkar, R. (2020, Agustus). Estimates of COVID-19 Impacts on Learning and Earning in Indonesia: How to Turn the Tide . Washington DC: The World Bank.  https://documents1.worldbank.org/curated/en/184651597383628008/pdf/Main-Report.pdf 

[6] FTMM. (2022, Januari 14). Penerimaan Guru terhadap Teknologi Pembelajaran berbasis Cloud di Era Pandemi Covid-19. ftmm.unair.ac.id. https://ftmm.unair.ac.id/penerimaan-guru-terhadap-teknologi-pembelajaran-berbasis-cloud-di-era-pandemi-covid-19/ 

[7] Prasasti, G. D. (2022, Februari 12). Kemkominfo: 12.548 dari 83.218 Desa dan Kelurahan Belum Tersentuh Internet 4G. liputan6.com. https://www.liputan6.com/tekno/read/4884963/kemkominfo-12548-dari-83218-desa-dan-kelurahan-belum-tersentuh-internet-4g

Cloud ComputingPendidikanDigitalisasi

Bagikan artikel ini:

← Kembali ke semua artikel

Artikel Terbaru