Masifnya penggunaan teknologi sebagai infrastruktur dasar dalam pembelajaran di masa pandemi berpotensi menjadikan blended learning atau pembelajaran campuran untuk terus berkembang dan menjadi trend di masa mendatang.
Dengan perpaduan teknologi dan pengajaran tatap muka, blended learning menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran tanpa menghilangkan esensi dari proses belajar itu sendiri. Konsorsium Sloan bahkan memaknai pembelajaran campuran sebagai kursus yang mengintegrasikan secara online kegiatan kelas tatap muka tradisional dengan cara yang terencana dan bernilai secara pedagogis.[1]
Inovasi Berbasis Cloud Computing
Implementasi blended learning didukung oleh cloud computing dengan teknologi penyimpanan data, server, database, jaringan, dan perangkat lunak, yang memungkinkan siswa dan pengajar untuk saling terhubung dari manapun asalkan terkoneksi jaringan internet.
Teknologi cloud computing mendorong siswa untuk berpikir kritis dan membentuk ekosistem kelas yang inovatif dan kolaboratif karena memungkinkan siswa mengunggah tugas dalam bentuk rekaman video atau hasil karya seni, menghubungkan siswa ke beberapa program dan aplikasi, serta berbagi dokumen yang dapat diakses dari manapun.[2] Cloud computing juga membantu instansi pendidikan untuk memberikan jaminan perlindungan data bagi siswa karena dilengkapi infrastruktur sistem keamanan yang andal di mana data dan informasi tidak akan hilang meskipun terjadi kegagalan perangkat.
Tak cukup sampai di situ, teknologi ini juga dinilai lebih cost friendly karena dapat menghemat biaya operasional pendidikan. Divisi sekolah Wild Rose yang terdiri dari 19 sekolah dan 4.800 siswa di Kanada membuktikan bahwa pasca mengalihkan penyimpanan data ke cloud Microsoft Azure, penghematan yang dilaporkan mencapai $12.000 per tahun.[3]