Di tengah krisis Covid-19, pasar global untuk social commerce diperkirakan mencapai US$ 89,4 miliar pada tahun 2020, dan diproyeksikan mencapai US$ 604,5 miliar pada tahun 2027, tumbuh pada compounded annual growth rate (CAGR) 31,4% selama periode analisis 2020- 2027.
Media sosial, seyogyanya menjadi ruang bersosialisasi di dunia maya. Tapi fungsinya kini kian melebar. Masyarakat tidak hanya sekadar menyapa, atau berdiskusi di media sosial. Banyak di antaranya yang memanfaatkan ruang ini sebagai tempat berjualan, tempat mempromosikan barang dagangan atau jasanya. Hal tersebut tentunya akan mendorong omzet penjualan dari produk maupun jasa yang ditawarkan melalui media sosial.
Sebagian orang mungkin juga pernah memanfaatkannya, entah menjadi pelaku usaha atau konsumen. Perilaku tersebut kemudian didukung oleh perusahaan media sosial dengan menyediakan fitur yang melakukan kegiatan jual-beli lewat media sosial.
Seperti halnya Instagram Shop maupun TikTok Shop, dari kedua platform tersebut, TikTok Shop lebih lengkap karena pengguna dapat langsung berbelanja hingga melakukan transaksi jual-beli dari aplikasi tersebut, tidak diarahkan ke website lain untuk melihat produknya. Sedangkan, Instagram Shop masih memerlukan website untuk penyelesaian transaksi. Sehingga, hanya tersedia katalog dari produk yang dijajakan, nantinya apabila pengguna Instagram ingin bertransaksi, akan diarahkan ke website untuk menyelesaikan transaksinya.
Namun, fitur tersebut sangat berguna dan dimanfaatkan para brand mulai dari UMKM yang baru mulai berjualan secara digital, maupun brand besar. Mengingat pengguna instagram di Indonesia saat ini mencapai 99,9 juta per April 2022, Indonesia menempati posisi keempat sebagai pengguna Instagram terbesar di dunia, di bawah India, Amerika Serikat, dan Brasil. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi para pemilik usaha yang ingin menjajakan produk maupun jasanya untuk memanfaatkan fitur Instagram Shop.
Sedangkan pengguna Tiktok Indonesia menempati posisi kedua dunia setelah Amerika Serikat, dengan jumlah 99,1 juta pengguna per April 2022. Melihat angka tersebut, tentunya potensi social commerce menjadi sangat besar ke depannya .
Selain dua platform tersebut, ada pula Pinterest dan Facebook, untuk Facebook sama halnya dengan Instagram, tetap memerlukan platform ketiga untuk melakukan transaksi pembayaran, karena akan diarahkan kepada situs resmi toko.
Social commerce juga digadang-gadang akan mengambil alih dunia e-commerce dalam satu dekade ke depan. Ada beberapa alasan untuk ini, salah satu yang paling kuat adalah kebanyakan orang suka membagikan merek favorit mereka di media sosial. Pengguna media sosial pada umumnya suka mengirimkan foto produk yang akan mereka beli.
Beberapa strategi yang paling banyak diikuti oleh perusahaan dan merek untuk memanfaatkan kekuatan social commerce adalah membuat tagar bermerek; menambahkan konten buatan pengguna ke saluran sosial dan situs web; dan/atau mendorong pelanggan untuk memilih belanja produk dalam aplikasi.