Ekonomi | Industri dan Startup

Tren Belanja Lewat Media Sosial Dongkrak Penjualan

Nida / Nida 11 Jul 2022. 4 min.

Di tengah krisis Covid-19, pasar global untuk social commerce diperkirakan mencapai US$ 89,4 miliar pada tahun 2020, dan diproyeksikan mencapai US$ 604,5 miliar pada tahun 2027, tumbuh pada compounded annual growth rate (CAGR) 31,4% selama periode analisis 2020- 2027. 

Media sosial, seyogyanya menjadi ruang bersosialisasi di dunia maya. Tapi fungsinya kini kian melebar. Masyarakat tidak hanya sekadar menyapa, atau berdiskusi di media sosial. Banyak di antaranya yang memanfaatkan ruang ini sebagai tempat berjualan, tempat mempromosikan barang dagangan atau jasanya. Hal tersebut tentunya akan mendorong omzet penjualan dari produk maupun jasa yang ditawarkan melalui media sosial. 

Sebagian orang mungkin juga pernah memanfaatkannya, entah menjadi pelaku usaha atau konsumen. Perilaku tersebut kemudian didukung oleh perusahaan media sosial dengan menyediakan fitur yang melakukan kegiatan jual-beli lewat media sosial.

Seperti halnya Instagram Shop maupun TikTok Shop, dari kedua platform tersebut, TikTok Shop lebih lengkap karena pengguna dapat langsung berbelanja hingga melakukan transaksi jual-beli dari aplikasi tersebut, tidak diarahkan ke website lain untuk melihat produknya. Sedangkan, Instagram Shop masih memerlukan website untuk penyelesaian transaksi. Sehingga, hanya tersedia katalog dari produk yang dijajakan, nantinya apabila pengguna Instagram ingin bertransaksi, akan diarahkan ke website untuk menyelesaikan transaksinya.

Namun, fitur tersebut sangat berguna dan dimanfaatkan para brand mulai dari UMKM yang baru mulai berjualan secara digital, maupun brand besar. Mengingat pengguna instagram di Indonesia saat ini mencapai 99,9 juta per April 2022, Indonesia menempati posisi keempat sebagai pengguna Instagram terbesar di dunia, di bawah India, Amerika Serikat, dan Brasil. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi para pemilik usaha yang ingin menjajakan produk maupun jasanya untuk memanfaatkan fitur Instagram Shop.

Sedangkan pengguna Tiktok Indonesia menempati posisi kedua dunia setelah Amerika Serikat, dengan jumlah 99,1 juta pengguna per April 2022. Melihat angka tersebut, tentunya potensi social commerce menjadi sangat besar ke depannya .

Selain dua platform tersebut, ada pula Pinterest dan Facebook, untuk Facebook sama halnya dengan Instagram, tetap memerlukan platform ketiga untuk melakukan transaksi pembayaran, karena akan diarahkan kepada situs resmi toko.

Social commerce juga digadang-gadang akan mengambil alih dunia e-commerce dalam satu dekade ke depan. Ada beberapa alasan untuk ini, salah satu yang paling kuat adalah kebanyakan orang suka membagikan merek favorit mereka di media sosial. Pengguna media sosial pada umumnya suka mengirimkan foto produk yang akan mereka beli.

Beberapa strategi yang paling banyak diikuti oleh perusahaan dan merek untuk memanfaatkan kekuatan social commerce adalah membuat tagar bermerek; menambahkan konten buatan pengguna ke saluran sosial dan situs web; dan/atau mendorong pelanggan untuk memilih belanja produk dalam aplikasi.

UMKM harus mengambil kesempatan emas ini dengan menjadikan social commerce sebagai kanal distribusi. Dengan jumlah pengguna media sosial yang besar, potensi untuk meningkatkan awareness dan laba juga cukup besar.

Social commerce memungkinkan perusahaan untuk menargetkan merek sesuai dengan perilaku sosial pelanggan; memberikan insentif kepada pelanggan untuk mengunjungi kembali situs web perusahaan; menyediakan platform bagi pelanggan untuk mengekspresikan pandangan tentang merek yang mereka beli di situs webnya; dan memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan untuk meneliti dan membandingkan produk sebelum mereka memutuskan produk mana yang akan dibeli.

Di Indonesia sendiri, terdapat sejumlah startup social commerce, salah satunya bernama Super, yang merupakan platform social commerce pertama di Indonesia. Super telah mendapatkan pendanaan seri C sekitar Rp 1 triliun dipimpin oleh New Enterprise Associates. Super juga perusahaan consumer technology pertama yang didukung oleh Y Combinator, yang membawahi Superagen. Pendanaan yang besar tersebut menunjukkan kepercayaan investor terhadap prospek dari social commerce ke depan.

Super menggunakan teknologi untuk memberdayakan masyarakat untuk menjadi wirausaha mandiri dengan memungkinkan mereka menjual berbagai produk ke komunitasnya. Kemudian, membangun jaringan logistik dengan biaya terendah, serta memfasilitasi komunikasi untuk perilaku social-buying sehingga agen Super dapat menjual berbagai produk melalui jejaring sosial seperti Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Melihat potensi perkembangan yang besar, Super juga mengaku siap mengambil kesempatan emas ini untuk membangun jaringan social commerce nomor satu di Asia Tenggara.

Bagi pemilik usaha tentunya harus mengambil kesempatan emas ini dengan menjadikan social commerce sebagai kanal distribusi dari produk yang dijualnya. Tentunya dengan jumlah pengguna media sosial yang besar, potensi untuk meningkatkan awareness hingga penjualan juga cukup besar.

Referensi

PRNewsWire (2020, Sept 8). Assessment of the Social Commerce Industry 2020-2027 and Impact of Covid-19. https://www.prnewswire.com/news-releases/assessment-of-the-social-commerce-industry-2020-2027-and-impact-of-covid-19---mobiles-segment-readjusted-to-a-revised-39-2-cagr-for-the-next-7-year-period-301125465.html

Rizaty, M. (2022, August 3). Pengguna Instagram Indonesia Terbesar Keempat di Dunia.

https://dataindonesia.id/Digital/detail/pengguna-instagram-indonesia-terbesar-keempat-di-dunia

Rizaty, M. (2022, July 12). Pengguna Tiktok Indonesia Terbesar Kedua di Dunia. https://dataindonesia.id/Digital/detail/pengguna-tiktok-indonesia-terbesar-kedua-di-dunia

 Super. About Super. https://about.superapp.id/

Social commerceMedia sosialbelanja onlinetiktok shop

Bagikan artikel ini:

← Kembali ke semua artikel

Artikel Terbaru