Ekonomi | UMKM

Kenali Model Bisnis Digital Untuk Gali Potensi

Nida / Nida 14 Jul 2022. 7 min.

Banyak masyarakat yang memulai bisnis di tengah pandemi Covid-19, entah untuk mengisi waktu luang selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang mengharuskan semua aktivitas dilakukan dari rumah, atau melihat peluang bisnis. Tentu menjalankan bisnis di era serba digital ini harus memanfaatkan berbagai platform guna memperkenalkan produk atau jasa yang ditawarkan kepada calon pembeli.

Model bisnis adalah kerangka kerja untuk menemukan cara sistematis untuk membuka nilai jangka panjang bagi organisasi sambil memberikan nilai kepada pelanggan dan menangkap nilai melalui strategi monetisasi. Model bisnis adalah kerangka kerja holistik untuk memahami, merancang, dan menguji asumsi bisnis Anda di pasar.[1]

Untuk memulai bisnis, ternyata tidak bisa sembarangan, perlu melakukan riset dan uji coba berkali-kali agar hasilnya sesuai. Oleh karena itu, mengetahui model bisnis juga bisa dilakukan untuk menggali potensi dalam menjalankan usaha, terutama jika ingin bisnis yang berkelanjutan. 

Setidaknya terdapat 11 model bisnis yang perlu dikenali.[2] Pertama adalah model gratis yang didukung iklan. Semua orang tahu model bisnis "gratis" seperti yang digunakan oleh dua perusahaan paling terkenal di dunia. Google, serta Facebook, adalah contoh yang baik tentang cara memanfaatkan model bisnis yang didukung iklan dan "gratis".

Ide di balik model bisnis ini adalah menawarkan layanan secara gratis dan pengguna kemudian menjadi produk yang sedang dijual. Dalam kasus Google dan Facebook, setiap pengguna yang menggunakan layanan memberikan informasi berharga tentang dirinya sendiri. Dengan data ini, maka mudah untuk menampilkan iklan yang dapat dibeli perusahaan dan menargetkan pengguna tertentu.

Kedua, freemium model. Apalagi di dunia perangkat lunak, ini adalah salah satu model bisnis digital yang paling umum dilihat. Pengguna mendapatkan akses gratis ke versi dasar (gratis) dari produk yang sebagian besar terbatas dalam beberapa hal. Jika pengguna ingin menggunakan lebih banyak fitur atau sumber daya, maka mereka memiliki opsi untuk meningkatkan ke versi berbayar (premium).

Contoh yang bagus adalah Spotify. Setiap orang dapat menggunakan layanan ini secara gratis (dan mendapatkan iklan) tetapi ketika menginginkan lebih banyak fitur dan kualitas yang lebih tinggi, maka perlu membayar langganan bulanan. Ini juga merupakan contoh yang bagus, bahwa model bisnis yang berbeda dapat dicampur.

Ketiga, model sesuai permintaan (on-demand). Model ini mengacu pada produk atau layanan virtual seperti toko video online seperti Amazon Prime Video atau Apple TV di mana Anda dapat menonton video untuk jangka waktu tertentu. Contoh lain dari model ini adalah platform freelance dan gig economy Fiverr, tempat memesan individu dan dikenakan biaya berdasarkan proyek.

Keempat, model e-commerce. Amazon adalah salah satu perusahaan pertama dan paling sukses yang mengadopsi model bisnis digital penjualan produk fisik ini secara online. Saat ini, e-commerce adalah salah satu model bisnis paling terkenal di web. Kelima, model marketplace, mengacu pada pasar dua sisi di mana penjual dan pembeli menggunakan platform pihak ketiga untuk memperdagangkan barang dan jasa. Contoh model bisnis ini adalah Uber berbasis layanan dan eBay dan Etsy berbasis produk. 

Keenam, model ekosistem digital. Ekosistem digital saat ini merupakan salah satu struktur bisnis digital yang paling kompleks namun kuat. Alibaba, Amazon, Apple, Google, Tesla, dan orkestrator ekosistem lainnya mengeksploitasi pelanggan dengan berbagai layanan di beberapa platform. Karena dampak "penguncian vendor" yang dihasilkan ekosistem mereka, mereka dapat menjual klien yang sudah ada dan menarik yang baru dengan pengetahuan dan data mereka. Lima model lainnya adalah sharing model, model pengalaman, subscription, model sumber terbuka, serta model untuk memperoleh pendapatan tersembunyi.

UMKM bisa mencoba model gratis, di mana bisa memanfaatkan platform blog gratis untuk pengganti website sebagai media pengenalan produk atau jasa yang ditawarkan.

Model Bisnis untuk UMKM

Untuk bisnis UMKM, model bisnis yang dapat dicoba tergantung kebutuhan. Sebab, setiap bisnis perlu melihat penawaran seperti apa yang ingin diberikan dan di mana tempat mengoptimalkannya. Apabila melihat beberapa model bisnis digital, UMKM bisa mencoba model gratis, di mana bisa memanfaatkan platform blog gratis untuk pengganti website sebagai media pengenalan produk atau jasa yang ditawarkan. Sehingga, apabila dicari melalui Google orang lain dapat menemukannya. Selain itu, bisa juga menggunakan model on-demand, jika memiliki jasa yang ditawarkan, dapat mengoptimalkan platform Fiverr, sehingga transaksi akan terjadi sesuai dengan permintaan konsumen.

Berikutnya, model bisnis marketplace juga sedang booming bagi pengusaha baru yang umumnya melek digital. Di mana para pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dapat menjajakan barang yang dijual di marketplace. Tentunya agar dilirik calon konsumen, selain harga bersaing, komunikasi yang baik dengan customer juga menjadi faktor berlanjutnya bisnis di marketplace.

Pemerintah juga memiliki marketplace sendiri yang dikhususkan bagi UMKM menjajakan barang dagangannya dan bertemu pelanggan yang berasal dari ritel maupun perusahaan BUMN. Tingginya potensi UMKM menjadi roda utama penggerak ekonomi bangsa di berbagai situasi ekonomi, membuat Kementerian BUMN dan seluruh BUMN bersinergi membangun platform yang dapat menggerakkan ekosistem UMKM secara digital dan sistematis dalam skala nasional berkelanjutan. Untuk itulah Pasar Digital (PaDi) UMKM hadir, fitur-fitur di dalamnya didesain untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan UMKM secara sistematis di era digital, pada skala nasional maupun global.[3]

Untuk monetisasi lebih awal atau lebih cepat, bisa melihat model freemium, e-commerce, atau subscription. Ketiganya lebih mudah karena sisi penawaran sudah tetap atau dapat dikontrol dengan lebih baik, UMKM juga dapat menghasilkan pendapatan langsung dan hanya dapat fokus pada menghasilkan sisi permintaan.

Dengan demikian, menemukan model bisnis digital akan membutuhkan waktu, feedback dari pelanggan, visi, pemahaman tentang pasar yang ada, dan dapat berpotensi membuka pasar baru. Untuk itu, mulai dari tingkat di mana saluran digital dimanfaatkan untuk memperkuat jangkauan produk dan layanan. Ketika memikirkan model bisnis baru, akan selalu baik untuk memikirkan pelanggan dan proposisi nilai unik yang ingin dimiliki. Berhati-hatilah agar tidak terlalu memikirkannya dan lebih baik menjaganya tetap bersih dan mudah daripada melibatkan terlalu banyak model bisnis pada saat yang bersamaan.

Referensi

[1] Coofano, Gennaro.(2022). What is a Business Model. https://fourweekmba.com/what-is-a-business-model/

[2]  Talin, Benjamin (2021). 11 Digital Business Models you should know incl. examples https://morethandigital.info/en/11-digital-business-models-you-should-know-incl-examples/

[3]  PaDi UMKM (2020) https://padiumkm.id/eprocurement

model bisnispotensi umkme-commercemarketplacePaDi UMKM

Bagikan artikel ini:

← Kembali ke semua artikel

Artikel Terbaru