Pemerintahan | Akses dan Infrastruktur

Optimalisasi Pusat Data Indonesia: Menangkap Kesempatan di Era Informasi

Anggita Utomo / Nida 27 Sep 2022. 4 min.

Secara umum, pusat data adalah fasilitas yang terdiri dari jaringan komputer, sistem penyimpanan, dan infrastruktur komputasi yang digunakan organisasi untuk merakit, memproses, menyimpan, dan menyebarkan data dalam jumlah besar.[1] Pusat data memainkan peran mendasar dalam penerapan aktivitas digital. Segala sesuatu yang terjadi secara daring, ditempatkan di pusat data.

Pusat data di Indonesia sampai saat ini telah menampung banyak aplikasi digital dan membentuk fondasi internet di Indonesia. Di gedung-gedung yang penuh dengan server dan peralatan digital lainnya, video dan file disimpan, perangkat lunak penting dijalankan dan data dipertukarkan. Selain dapat digunakan untuk berbagai kegiatan digital pemerintah, bisnis, dan masyarakat, pusat data juga menghasilkan banyak lapangan kerja, karena merupakan bagian dari rantai logistik unik yang terdiri dari semua jenis perusahaan, mulai dari penyedia jasa Internet, penyedia hosting dan cloud, hingga perusahaan konsultan dan penyedia serat optik. 

Sebuah bisnis biasanya sangat bergantung pada aplikasi, layanan, dan data yang terkandung dalam pusat data. Maka dari itu, penggunaan layanan cloud meningkat pesat, terutama akibat merebaknya pandemi Covid-19. Setiap orang diprediksi menghasilkan informasi sebesar 1,7 MB setiap detiknya di tahun 2020.[2] Tingginya kebutuhan akan informasi data membuat kebutuhan pusat data meningkat pula. Karena itulah, Indonesia telah menjadi sorotan akibat pertumbuhan teknologinya yang cukup besar, khususnya dalam pembangunan pusat data.

Tantangan utama terhambatnya digitalisasi, khususnya terkait pembangunan pusat data, disebabkan oleh kurangnya infrastruktur jaringan, pasokan listrik yang tidak stabil, dan terbatasnya sumber daya.

Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Pusat Data di Indonesia

Indonesia merupakan pasar pusat data ketiga tersebar di Asia Tenggara, setelah Singapura dan Malaysia.[3] Di Indonesia, sudah terdapat setidaknya 53 pusat data[4]. Untuk ke depannya, Indonesia akan dihadapkan dengan pertumbuhan dan pengembangan pusat data yang lebih masif.

Bahkan, diperkirakan total nilai investasi untuk mempersiapkan peralatan dan perlengkapan dalam pembangunan pusat data pada tahun 2020 akan mengalami pertumbuhan yang signifikan jika dibandingkan dengan perkiraan nilai investasi tahun sebelumnya (khususnya tahun 2016).[5] Hal ini tentu saja merupakan kabar yang baik bagi industri teknologi, khususnya industri pusat data, karena ekspektasi tersebut berpotensi mengundang banyak investor, sehingga pertumbuhan teknologi pusat data dapat mengikuti kebutuhan dan pertumbuhan nilai investasi. 

Optimisme ini juga didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kementerian tersebut pernah memperkirakan pertumbuhan pasar pusat data Indonesia sebesar 20% per tahun pada periode 2015 hingga 2017 dan tahun-tahun berikutnya.[6]

Selain itu,  tidak seperti banyak negara yang melakukan kontrol ketat atas pembangunan pusat data, Indonesia mengizinkan pemilik tanah untuk membangun fasilitas tersebut untuk mendukung penggunaan mereka sendiri.[7] Karena kesempatan-kesempatan ini, pembangunan pusat data, sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas tulang punggung aktivitas daring, harus lebih memperhatikan beberapa tantangan, khususnya tantangan terkait aspek digital. Apa aspek-aspek digital tersebut?

Pertama adalah terkait daya dan konektivitas. Tantangan utama terhambatnya digitalisasi, khususnya terkait pembangunan pusat data, disebabkan oleh kurangnya infrastruktur jaringan dan pasokan listrik yang tidak stabil. Alhasil, imbal balik atau manfaat yang diharapkan dari penyediaan pusat data bisa tidak sesuai (terlalu sedikit). Penyediaan infrastruktur ini bergantung pada pemerintah.

Terdapat studi yang membandingkan pasokan listrik dan infrastruktur jaringan di Indonesia dan Malaysia.[8] Perbedaan antara kedua negara tersebut adalah sumber dana. Penelitian itu mengatakan bahwa pemerintah Malaysia, dengan perusahaan telekomunikasi Malaysia yang diprivatisasi, akan bekerja sama untuk membiayai pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan yang umumnya tidak layak dan tertinggal. Namun, di Indonesia, perusahaan telekomunikasinya diprivatisasi dan mayoritas adalah milik negara.  Artinya, pembiayaan harus mengandalkan sumber dayanya sendiri untuk membangun sumber daya jaringan. 

Selain keterbatasan infrastruktur saat ini, ada juga masalah terkait kurangnya tenaga kerja, khususnya tenaga kerja teknis di Indonesia. Adanya defisit keterampilan terkait data menyebabkan banyak perusahaan harus menyewa tenaga ahli secara outsource.

Padahal di sisi lain, survei DCI (Data Center Indonesia) menunjukkan lebih dari 70% perusahaan sebenarnya lebih suka memiliki pusat data internal daripada menggunakan layanan outsource.[9] Perusahaan-perusahaan ini memiliki kekhawatiran seperti kurangnya keamanan, kepercayaan, kinerja dan ketersediaan sebagai alasan untuk tidak “berlangganan” produk dari penyedia layanan. Keahlian terkait data sangat langka di Indonesia, terlepas dari permintaannya yang begitu besar. Alhasil, tenaga ahli data hanya tersebar di perusahaan-perusahaan yang sangat besar dan mampu membayar dengan harga sangat tinggi. 

Referensi

[1] ADB (2017). The Emerging Indonesian Data Center Market and Energy Efficiency Opportunities. adb.org. https://www.adb.org/sites/default/files/publication/236621/ino-data-center-market.pdf

[2] Carter, Rebekah. (2022). The Ultimate List of Big Data Statistics 2020.  findstack.com. https://findstack.com/big-data-statistics/

[3] Talavera, Catherine. (2022). Big Data: Big Market: Growth Seen in Southeast Asia Data Centers Market. propertyreport.ph  https://propertyreport.ph/news-and-events/2022/04/22/25381/big-data-big-market-growth-seen-in-southeast-asia-data-centers-market/

[4] Data Center Map. (2021). Indonesia Data Centers. datacentermap.com. https://www.datacentermap.com/indonesia/

[5] Zhang, Mary. (2022). Indonesia Data Center Market: Snapshot of Cloud and MTDCs. https://dgtlinfra.com/indonesia-data-center-market-snapshot/

[6] Millah, Syaiful. (2018). Industri Data Center Indonesia Diprediksi Akan Terus Meningkat. teknologi.bisnis.com. https://teknologi.bisnis.com/read/20181108/105/858128/industri-data-center-indonesia-diprediksi-akan-terus-meningkat

[7] Prime, DCS. (2018). Factors that Enhance Data Center Industry Growth. prime-dcs.com. https://www.prime-dcs.com/updates/articles/5-key-factors-that-enhance-data-center-industry-growth-in-indonesia/

[8] Piri, Dezy Rosalia. (2021). Data Centers: Future Market Needs in Indonesia. kompas.com. https://go.kompas.com/read/2021/08/27/175956274/data-centers-future-market-needs-in-indonesia?page=all 

[9] Penny, Jones. (2014). The Challenges with Operating in Indonesia. datacenterdynamics.com. https://www.datacenterdynamics.com/en/news/the-challenges-with-operating-in-indonesia/

Pusat Data CloudSerat OptikHostingData Center

Bagikan artikel ini:

← Kembali ke semua artikel

Artikel Terbaru